SURABAYA- Sebanyak 1.600 ijazah palsu produksi Sucipto yang dilakukan sejak 2007 lalu. Bagaimana cara membedakan ijazah palsu dengan yang asli?
Kanit HAKI Subdit I Ditreskrimsus Polda Jatim, Kompol Arisandi, kondisinya dapat dilihat dengan cara kasat mata, salah satunya melihat material yang digunakan untuk Ijazah tersebut.
"Secara material dapat dilihat dari kerta Ijazah yang digunakan. Untuk yang asli menggunakan kertas dari Peruri (Perum Percetakan Uang Republik Indonesia)," kata Arisandi di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Rabu (13/6/2012).
Kemudian untuk Hologram, ijazah yang asli menggunakan Hologram timbul namun menyatu dengan kertas bukan ditempel. Sementara Ijazah Palsu hasil buatan Sucipto ditempel seperti stiker.
Kemudian dalam setiap Ijazah yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi adalah menggunakan bahasa atau penomeran serta kode tertentu.
"Kalau setempel-setempel ini tersangka memesan di beberapa tukang stempel pinggir jalan," ujarnya.
Arisandi juga menyebut, saat ini banyak penawaran pembuatan ijazah melalui online. Namun yang dilakukan oleh Sucipto sangat manual, sehingga dalam beroprasi tersangka menerima pesanan.
"Kami masih melakukan pengembangan, termasuk memeriksa ahli dari Pendidikan tinggi dan Kopertis," tukasnya.
Sebelumnya, sebanyak 1.600 ijazah palsu disita polisi. Dari jumla tersebut, didominasi oleh ijazah Akta-4 dengan persentase 62 persen, 31 persen ijazah S1, 4 persen ijazah S2, dan 1 persen ijazah S3. Polisi menduga, maraknya pengguna ijazah palsu Akta-4 karena diperlukan untuk mengajar.
Kanit HAKI Subdit I Ditreskrimsus Polda Jatim, Kompol Arisandi, kondisinya dapat dilihat dengan cara kasat mata, salah satunya melihat material yang digunakan untuk Ijazah tersebut.
"Secara material dapat dilihat dari kerta Ijazah yang digunakan. Untuk yang asli menggunakan kertas dari Peruri (Perum Percetakan Uang Republik Indonesia)," kata Arisandi di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Rabu (13/6/2012).
Kemudian untuk Hologram, ijazah yang asli menggunakan Hologram timbul namun menyatu dengan kertas bukan ditempel. Sementara Ijazah Palsu hasil buatan Sucipto ditempel seperti stiker.
Kemudian dalam setiap Ijazah yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi adalah menggunakan bahasa atau penomeran serta kode tertentu.
"Kalau setempel-setempel ini tersangka memesan di beberapa tukang stempel pinggir jalan," ujarnya.
Arisandi juga menyebut, saat ini banyak penawaran pembuatan ijazah melalui online. Namun yang dilakukan oleh Sucipto sangat manual, sehingga dalam beroprasi tersangka menerima pesanan.
"Kami masih melakukan pengembangan, termasuk memeriksa ahli dari Pendidikan tinggi dan Kopertis," tukasnya.
Sebelumnya, sebanyak 1.600 ijazah palsu disita polisi. Dari jumla tersebut, didominasi oleh ijazah Akta-4 dengan persentase 62 persen, 31 persen ijazah S1, 4 persen ijazah S2, dan 1 persen ijazah S3. Polisi menduga, maraknya pengguna ijazah palsu Akta-4 karena diperlukan untuk mengajar.
0 komentar:
Posting Komentar